BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada hakekatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga member pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa itu terjadi”. Berpijak dari permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan.
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompotensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah. Berdasarkan kajian beberapa literatur terdapat berbagai strategi pembelajaran dalam pemecahan maslah yang kiranya dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Proses yang dimaksud bukan dilihat sebagai perolehan informasi yang terjadi satu arah dalam dir siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masadepannya. Para ahli sependapat bahwa kemampuan memecahkan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Suharsono, 1991 dalam Muna, 2009, dalam I Nengah, 2010).
Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari bidang sains, menuntut kompotensi belajar pada ranah pemahaman tingat tinggi yang komperehensif. Namun, dalam kenyataan saat ini siswa cendrung menghafal daripada memahami, padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi penguasaan selanjutnya. Siswa dikatakan memahami apabila dapat menunjukkan unjuk kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda (Gardner, 1999 dalam Muna, 2009 dalam I Nengah, 2010).
Pemahaham merupakan perangkat standard program pendidikan yang merefleksikan kompotensi sehingga dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompoten dalam berbagai bidang kehidupan (Yulaelawaty, 2002, dalam I Nengah, 2010). Sedangkan kompotensi seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dijadikan titik tolak dari kurikulum berbasis kompotensi yang telah dikembangkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dengan demikian pemahaman merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam belajar biologi. Belajar untuk pemahaman dalam bidang biologi harus dapat dipertimbangkan oleh para pendidik dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan mata pelajaran. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka pembelajaran dengan pemecahan masalah menjadi hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunkaan adalah strategi pembelajaran inkuiri. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi pembelajaran inkuiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep dasar strategi pembelajaran inkuiri (SPI) ?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip strategi pembelajaran inkuiri (SPI) ?
3. Bagaimanakah langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri (SPI) ?
4. Bagaimanakah strategi pembelajaran inkuiri biologi ?
5. Apakah kelemahan dan kelebihan strategi pembelajaran inkuiri (SPI) ?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep dasar strategi pembelajaran inkuiri (SPI)
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip strategi pembelajaran inkuiri (SPI)
3. Untuk mengetahui langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri (SPI)
4. Untuk mengetahui strategi pembelajaran inkuiri biologi
5. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan strategi pembelajaran inkuiri (SPI)


D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman penulis dan rekan-rekan mahasiswa mengenai strategi pembelajaran inkuiri.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan (Wina, 2010).
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Akhmad Sudrajat, 2008).
Joyce (Gulo, 2005, dalam Akhmad, 2008), mengemukakan kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi, (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan realibilitas tentang fakta sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakn kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunkan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakal didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan (Soekarto, 2010).
Menurut Wina (2010), ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, antara lain :
1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri daari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukansebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses Tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian,dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal, namun sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Tujuan utama pembelajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Menurut Wina (2010), strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala:
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak terbentu fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu
4. Jika guru mengjar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
5. Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok serta member kemudahan bagi kerja kelompok (Akhmad, 2008).
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis konstektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (Trianto, 2009).
B. Prinsip-prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
SPI merupakan strategi menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) yaitu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical, experience, social experience, dan equilibration (Wina, 2010).
Maturation atau kematangan adalah proses perubaha fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Otak bisa dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Menurut Sgelman dan Shaffer (1995), otak terdiri dari 100 miliar sel saraf (neuron) dan setiap sel saraf itu rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel saraf lainnya. Neuron terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi sebagai penyalur aktivitas dari sel saraf yang stau ke sel saraf lainnya (Wina, 2010).
Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada dilingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas/daya pikir. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan pada akhirnya akan bisa ditransfermenjadi gagasan-gagasan atau ide-ide. Oleh karena itu, proses belajar yang murni tak akan terjadi tanpa adanya pengalaman-pengalaman. Bagi Piaget, aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman (Wina, 2010).
Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman social, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri. Ada dua aspek pengalaman social yang dapat membantu perkembangan intelektual. Pertama, pengalaman social akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini diperoleh melalui percakapan, diskusi, dan argumentasi dengan orang lain. Aktivitas-aktivitas semacam itu pada gilirannya dapat memunculkan pengalaman-pengalaman mental yang memungkinkan atau memaksa otak individu untuk bekerja. Kedua, melalui pengalaman social anak akan mengurangi egocentric-nya. Sedikit demi sedikit akan muncul keadaan bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya. Pengalaman semacam itu sangat bermanfaat untuk mengembangkan konsep mental,moral, dan lain sebagainya (Wina, 2010).
Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan baru yang ditemukannya. Adakala anak dituntut untuk memperbarui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia menemukan informasi baru yang tidak sesuai.
Menurut Wina (2010), dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu :
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemajuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juag berorientasi pada proses belajar. karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri buakn ditentukan oelh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus ditemukan oelh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
2. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebgai pengaturlingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oelh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya, interaksi hanya berlangsung antarsiswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walupun pada kenyataan pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang dibicarakan sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran sebgai pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya suah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
4. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapibelajaradalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi sejumlah otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cendrung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsure estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipoteis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

C. Langkah Pelaksanaan SPI
Menurut Trianto (2009), siklus inkuiri terdiri atas :
1. Observasi (Observation)
2. Bertanya (Questioning)
3. Mengajukan dugaan (Hypotesis)
4. Mengumpulkan data (Data gathering)
5. Penyimpulan (Conclusion)
Menurut Wina (2010), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi pembelajarn ekspositori (SPE) sebagailangkah untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah; tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancer. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah :
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah teka teki itu. Dikatakan teka teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka teki yang menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memilikimotivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topic yang akan dipelajari, sedangkan bagimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan mengharapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri lanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalaha. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam startegi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala siswa tidak apresiasif terhadapa pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakbergairahan dalam belajar. manakala guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui pentuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga terangsang untuk berpikir.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumplan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yangdiberikakn. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan aalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebakan kesimpulan yang dirumuskan tidak focus terhadap malah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Menurut Syaiful (2003), kata kunci dari strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah
2. Mengamati atau melakukan observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya; dan
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audiensi yang lain.
D. Strategi pembelajaran Inkuiri Biologi
Proses pembelajaran berjalan secara optimal perlu adanya pembuatan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menurut Arthur L. Costa , (1985, dalam trianto, 2007) merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kemp (1995, dalam Sanjaya 2009) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Care(1985, dalam Sanjaya 2009) mendefenisikan strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkanhasil belajar pada siswa. Jadi strategi pembelajaran merupakan teori perspektif yang berperan sebagai fasilitas untuk mencapai tujuan belajar (I Nengah, 2010).
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan teori perspektif yang menggunakan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan untuk memahami bagaimana melakukan dan bagaimana menggunakan pemahaman tersebut dalam mendeskripsikan fenomena, memformulasikan hipotesis, dan menguji hipotesis. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Senada dengan pendapat diatas (Gulo, 2002 dalam Trianto, 2007) menyatakan strategi pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Jadi inkuiri berkaitan dengan penemuan sendiri dalam pembelajaran (I Nengah, 2010).
Menurut I Nengah (2010), digunakannya model pembelajaran inkuiri biologi (biological science inquiry model), dalam pembelajaran didasari atas berbagai pertimbangan, yaitu sebagai berikut :
a. Model pembelajaran ini khusus dirancang hanya untuk pelajaran biologi dan dalam beberapa hasil penelitian telah terbukti meningkatkan hasil belajar siswa (Joice dan Well, 1992).
b. Model pembelajaran inkuiri biologi, memiliki prosedur dan langkah-langkah yang sistematis sehingga mudah diterapkan oleh guru.
c. Model pembelajaran inkuiri biologi dirancang dengan memadukan ketepatan strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selama proses pembelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri biologi pada mulanya dikembangkan oleh Schwab tahun 1965 yang termuat dalam Biological Science Curriculum Study (BSCS), dan membahas tentang pengembangan kurikulum dan bentuk pembelajaran biologi pada sekolah menengah (Joice dan Well, 1992 dalam Muna, 2009). Esensi dari strategi pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan seperti halnya para peneliti biologi melakukan penelitian. Sehingga prosedurnya melibatkan siswa dalam menyelidiki masalah yang sebenarnya dengan cara melibatkan dalam penelitian, membantu siswa mengidentifikasi konsep atau metode, dan mendorong siswa menemukan cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi (I Nengah, 2010).
Teknik-teknik penilaian untuk mengukur aktivitas strategi pembelajaran inkuiri biologi hendaknya bersifat lentur dan lebih bervariasi. Dalam hal ini, penilaian lebih ditujuakan pada mengakses proses pembelajaran. Seba itu, lebih banyak digunakan data subjektif untuk menilai pertumbuhan peserta didik. Bentuk-bnetuk assessment yang dapat digunakan dalam penilaian dapat berupa pengamatan unjuk kerja, laporan hasil pemecahan masalah, laporan proyek, tes dan lain-lain (I Nengah, 2010).
Strategi pembelajaran inkuri biologi memiliki empat langkah pembelajaran (Joice dan Well, 1992 dalam Muna, 2009 dalam I Nengah, 2010). Langkah-langkah tersebut adalah : investigasi, penentuan masalah, identifikasi masalah, dan penyimpulan/penyelesaian masalah. Oprasional tiap langkah dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut :

No
Tahapan Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
Investigasi
- Memberikan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran siswa
- Mendorong dan membimbing siswa melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan
- Mendorong siswa aktif berpikir, belajar dan mencipta, serta mengeksplorasi.
- Mendorong siswa melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada, mengumpulkan data, mengkaji dan mengkalsifikasi data.
- Membaca permasalahan secara umum
- Menganalisis masalah
- Mengumpulkan data
- Melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan
- Mencipta dan mengeksplorasi.
- Melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada.
- Mengumpulkan data, mengkaji, mengklarifikasikan data, dan sejenisnya.
2
Penentuan Masalah
- Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan masalah sesuai dengan jenisnya.
- Membantu siswa untuk melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah serta membuat pohon permasalahan dan jenisnya.
- Memverifikasi dan memetakan data
- Menentukan masalah sesuai dengan data.
- Melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah dan membuat pohon permasalahan dan sejenisnya
3
Identifikasi Masalah
- Membantu siswa melakukan identifikasi dan verifikasi permasalahan, mengembangkan hipotesis.
- Mendorong siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
- Mendorong siswa mengembangkan kesimpulan sementara.
- Melakukan identifikasi permasalahan, mengembangkan hipotesis mencari berbagai alternatif pemecahan dan pengembangan kesimpulan sementara
- Mengembangkan hipotesis
- Mencari berbagai alaternatif pemecahan masalah
- Mengembangkan kesimpulan sementara.
4
Penyimpulan/ Penyelesaian Masalah
- Mendorong siswa untuk mencari pemecahan masalah yang tepat
- Membimbing siswa menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat
- Membimbing dan membantu siswa menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat.
- Menyimpulkan pemecahan masalah yang paling baik dan tepat untuk menyelesaikan masalah
- Menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat.
- Menetapkan kesimpulan yang paling tepat.


E. Kesulitan-kesulitan Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Menurut Wina (2010), SPI merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu strategi baru, dalam penerapannya terhadap kesulitan.
Pertama, SPI merupakan stratergi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarankan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyaj yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang menganggap SPI sebagai strategi yang tidak mungkn dapt diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia. Memang untuk mengubah suatu kebiasaan bukanlah pekerjaan mudah, apalagi sifat guru yang cendrung konvensional, sulit untuk menerima pembaruan-pembaruan (Wina, 2010).
Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siwa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk menjadi kebiasaan, maka aka sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir. Mereka akan sulit manakala disuruh untuk bertanya. Demikian juga dalam menjawab pertanyaan. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menjawab setiap pertanyaan, walaupun pertanyaan itu sangat sederhana. Biasanya siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan jawaban dari suatu pertanyaan (Wina, 2010).
Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaranyang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active learning atau yang kita kenal dengan CBSA atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompotensi (KBK), namun dilain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu saja hal ini bisa menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan. Guru akan mendua hati, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan menggunakan inkuiri sebagai strategi pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, atau akan mengembankan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa dapat mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan (Wina, 2010).

F. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Menurut Wina (2010), adapun keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri (SPI) yaitu :
1. Keunggulan
SPI merupakan strategi pembelaaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan
Disamping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemahan, diantaranya :
a. Jika SPI digunkan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditemukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Strategi pembelajaran inkuiri adalah alternatif strategi pembelajaran yang inovatif. Esensi dari stregi pembelajaran ini adalah mengajarkan pada siswa untuk memproleh pengetahuan seperti halnya para peneliti iologi melakukan penelitian atau adanya orientasi pembelajaran dari yang semula berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada pebelajar. Model pembelajaran inkuiri memberikan peluang pada siswa untuk memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan melalui proses berpikir dalam pemoresesan informasi.
2. Strategi pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan dengan tahapan pembelajaran, yaitu investigasi, penentuan masalah, identifikasi masalah, penyimpulan/penyelesaian masalah.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat meningkatkan pemahaman kita mengenai strategi pembelajaran inkuiri (SPI)

DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Suarta, I Nengah. 2010. Implementasi Strategi Inkuiri Biologi.
http://smandapura.schid/index.php/option=com_content
&view=article&id=77implementasi –strategi-inkuiri-
biologi&catid=37.majalah-pendidikan&itemid=58.
Diakses tanggal 28 Oktober 2010

Sudrajat, Akhmad. 2008. Strategi Pembelajaran.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/02/strategi _pembelajaran/. Diakses tanggal 28 Oktober 2010.

Sukarto. 2010. Strategi Pembelajaran Inkuiri.
http://suksesbersamasukarto.blogspot.com/2010/03/strategi -pembelajaran-inkuiri-spi.html. Diakses tanggal 28 Oktober 2010.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.

No comments